Kekalahan Trump: Di Tengah Pertarungan Digital ?

By MS LEMPOW 05 Nov 2025, 21:41:07 WIB JAMBI MANTAP
Kekalahan Trump: Di Tengah Pertarungan Digital  ?

Keterangan Gambar : Prof. Dr. Mukhtar Latif, MPd. (Guru Besar UIN STS Jambi)


Rekam Jejak Politik Trump: Populisme sebagai Anomali

?Rekam jejak Donald Trump sejak 2016 hingga kontestasi terakhirnya adalah anomali abadi dalam sejarah politik Amerika Serikat. Ia sukses meruntuhkan norma-norma politik tradisional, menggantinya dengan gaya populisme radikal yang berfokus pada keluhan (grievance politics) kelas pekerja kulit putih dan konservatif evangelis (Rasmussen, 2024: 110). Keberhasilannya terletak pada kemampuan membangun basis loyalitas personal yang tidak terikat pada Partai Republik, melainkan terikat pada figur Trump itu sendiri. Fenomena ini, yang disebut sebagai cult of personality, menciptakan perpecahan yang tak terhindarkan di tubuh partai dan masyarakat (Chen & Lee, 2025: 45).

?1. Kekalahan Politik di New York: Trump Meradang

    ?Narasi populisme Trump tak bisa dilepaskan dari drama politik yang dihadapinya di markas Demokrat. Kekalahan politik di Pemilihan Wali Kota New York City baru-baru ini menjadi kekalahan yang sangat memalukan bagi pihak yang didukungnya. Calon yang didukungnya kalah telak melawan Zohran Mamdani, seorang Demokrat progresif (CNBC Indonesia, 05 November 2025). Reaksi Trump adalah meradang, bukan dengan diam, tetapi dengan ancaman memotong miliaran dolar dana federal ke kota New York. Kekalahan di halaman belakang ini dipergunakan sebagai bukti nyata bahwa ia adalah korban yang sedang dikriminalisasi oleh sistem politik yang diatur oleh lawan-lawannya (Deep State) (Miller, 2023: 89). Reaksi marah ini memperkuat ikatan emosional dengan basis loyalisnya, mengubah kekalahan politik lokal menjadi amunisi naratif nasional.

    ?2. Kekalahan Digital dan AI di Akar Rumput: Batasan Grievance Politics Trump

    ?Kekalahan di New York mengindikasikan bahwa strategi digital lawan jauh lebih sempurna di level akar rumput. Ini adalah kekalahan digital dan AI bagi kubu Trump dalam konteks micro-targeting politik lokal. Kecanggihan digital lawan tidak terletak pada retorika figur sentral (seperti Trump), tetapi pada efisiensi dan presisi analitik yang didukung AI untuk memperkuat grassroots (Miller, 2023: 95; Sharma, 2024: 193).

    ?Sementara narasi grievance Trump (mengeluh tentang Deep State) kuat secara nasional, digital lawan berhasil menggunakan AI dan analitik data untuk:

    ?Mengidentifikasi Isu Kritis Lokal: Memetakan pemilih yang paling termotivasi oleh janji-janji konkret dan lokal (sewa, transportasi gratis), yang lebih relevan daripada drama politik Washington.

    ?Sinergi Otentik: Menggabungkan aktivisme fisik dan otentisitas pesan progresif dengan kecanggihan micro-targeting digital.

    ?Kekalahan ini menunjukkan bahwa kekuatan retorika digital Trump memiliki batas geografis dan tematik. Di wilayah yang didominasi isu progresif lokal, digital infrastructure yang cerdas dan adaptif (yang mungkin didukung AI) terbukti mengalahkan narasi emosional dan statis Trump.

    Trump dan Politik Digitalisasi: Weaponizing Media Sosial

    ?Jika ada satu alat yang mendefinisikan politik Trump, itu adalah digitalisasi. Ia adalah politisi pertama yang secara efektif mempergunakan media sosial sebagai senjata utama (weaponization) (Miller, 2023: 88). Platformnya digunakan untuk menyebarkan pesan, menyerang lawan, danyang paling krusial, mempertahankan narasi disinformasi dengan kecepatan kilat. Ia mengubah platform sosial menjadi echo chamber tempat loyalitas diperkuat (Sharma, 2024: 193).

    Pendukung Trump di Tengah Kekalahan: Antara Hujatan dan Kebencian

    ?Kekalahan Trump tidak membuat pendukungnya hilang,  ia justru meradikalisasi mereka. Kelompok loyalis ekstrem didominasi oleh politik kebencian (hatred politics), di mana kekalahan dilihat sebagai pengkhianatan. Mereka hidup dalam gelembung informasi digital yang memperkuat rasa grievance mereka, menjadikan proses rekonsiliasi politik semakin mustahil (Chang, 2024: 40; Davis & Smith, 2025: 65).

    Akankah Trump Masih Bertahan: Ditengah Tekanan Barat dan Timur?

    ?Secara geopolitik, Trump berada di tengah persimpangan tekanan Barat dan Timur. Tekanan Barat melihatnya sebagai ancaman terhadap aliansi NATO dan tatanan liberal (Peters, 2023: 201). Sementara tekanan Timur (Rusia dan Tiongkok) melihatnya sebagai variabel yang menguntungkan karena berpotensi melemahkan AS dari dalam. Loyalitas basis yang kuat memberinya modal politik untuk bertahan. Selama ia masih menguasai narrative di platform digital, ia akan tetap relevan (Lee & Kwok, 2025: 112).

    Langkah Strategis Trump untuk Eksis

    ?Untuk tetap eksis, Trump menerapkan strategi yang sederhana namun efektif:

    ?Victimhood Narrative: Memposisikan diri sebagai korban yang dizalimi (victimhood) oleh sistem dan Deep State.

    ?Kontrol Media Digital: Memperkuat platformnya (Truth Social) untuk direct communication.

    ?Penggalangan Dana: Mengubah drama politik dan hukum menjadi peluang penggalangan dana masif dengan narasi "melawan kejahatan," menjadikannya mesin finansial politik yang independen (Miller, 2023: 95).

    Nyali Trump: Menyerah atau Menyerang?

    ?Pilihan menyerah hampir tidak ada dalam kamus politiknya. Seluruh karir dan citranya dibangun di atas narasi menyerang dan tidak pernah mengakui kekalahan. Kekalahan, termasuk kekalahan politik lokal, baginya hanyalah amunisi baru. Nyali Trump adalah nyali seorang fighter yang tahu bahwa diam berarti mati politik, dan ia akan terus melancarkan kampanye permanennya (Peters, 2023: 205).

    Penutup

    ?Kekalahan Trump di kancah lokal adalah babak baru dalam politik grievance digital. Ia berhasil menggunakan digitalisasi untuk menciptakan pergerakan populisme yang tahan banting terhadap fakta. Namun, kegagalannya di New York menunjukkan bahwa AI dan strategi digital yang adaptif dan terintegrasi dengan isu akar rumput dapat mengalahkan narasi emosional yang statis. Tantangan bagi demokrasi adalah menemukan terapi bagi perpecahan yang diakibatkan oleh weaponization digital ini (Chen & Lee, 2025: 50).

    Referensi:

    ?Chang, V. (2024). Digital Politics and the Erosion of Truth. Cambridge University Press.

    ?Chen, A., & Lee, W. (2025). The Cult of Personality: Populism and American Democracy. Routledge.

    ?Davis, S., & Smith, J. (2025). Grievance Politics: The Fractured American Electorate. Oxford University Press.

    ?Lee, K., & Kwok, H. (2025). Geopolitical Variables in US Presidential Cycles. Asian Research Journal.

    ?Miller, D. (2023). The Trump Media Machine: Digital Communication and Campaign Finance. Academic Press.

    ?Peters, C. (2023). The New Abnormal: Trump, NATO, and the Western Alliance. Columbia University Press.

    ?Rasmussen, L. (2024). Populism and the American Political Landscape. Princeton University Press.

    ?Sharma, M. (2024). Disinformation and the Digital Age: Analyzing Political Campaigns. Springer.




    Write a Facebook Comment

    Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

    Semua Komentar

    Tinggalkan Komentar :