- Pemprov Jambi Apresiasi Kehadiran Backstagers Indonesia sebagai Mitra Industri Kreatif
- Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Terjaga di Tengah Meningkatnya Dinamika Global
- Lakukan Safari Subuh Keliling, Gubernur Al Haris Himbau Masyarakat agar Tidak Melalaikan Shalat
- Gubernur Al Haris Upayakan Putus Rantai Produksi CPO Kelapa Sawit
- Gubernur Al Haris Kukuhkan 54 Petugas Haji Provinsi Jambi
- Yuk Kenalan dengan Saham, Reksa Dana, dan Obligasi
- Warga Digemparkan Temukan Mayat Sejoli di Dalam Mobil Terparkir di Tempat Perbelanjaan Trona Ekspres
- Pastikan Seleksi PPPK Berjalan Lancar, Wawako Diza Pantau Langsung dan Apresiasi Peserta
- Dandim Pungky Beri Pembekalan dan Motivasi untuk Satgas Yonif 142/KJ Jelang Tugas di Papua
- Pungli Menggurita di Kota Jambi, Djokas Siburian Anggota DPRD kota Jambi Akan Tempuh Jalur Hukum: Saya Siap Buat Laporan Resmi
Yuk Kenalan dengan Saham, Reksa Dana, dan Obligasi

Keterangan Gambar : Yuk Kenalan dengan Saham, Reksa Dana, dan Obligasi
Mediajambi.com - Di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perencanaan keuangan, semakin banyak orang mencari cara agar uang yang dimiliki tidak hanya untuk disimpan, tetapi juga bisa meningkat nilainya. Investasi menjadi salah satu solusi untuk mengembangkan dana dan menjaga daya beli agar tidak tergerus inflasi. Salah satu tempat yang bisa dipertimbangkan adalah pasar modal, yang menyediakan berbagai instrumen investasi seperti saham, reksa dana, dan obligasi.
Namun, tak sedikit masyarakat yang masih merasa asing dengan istilah-istilah ini. Bahkan ada yang beranggapan bahwa investasi di pasar modal hanya cocok untuk orang kaya, orang keuangan, atau mereka yang paham dunia ekonomi. Padahal, kenyataannya tidak demikian.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan para pelaku industri pasar modal lainnya secara aktif mengedukasi masyarakat agar lebih memahami bahwa investasi bisa dilakukan siapa saja, dari berbagai latar belakang, dengan modal kecil sekalipun.
Salah satu investasi yang ada di pasar modal adalah saham. Saham merupakan sebuah instrumen keuangan yang menunjukkan kepemilikan seseorang atas perusahaan yang sahamnya ia miliki. Pemegang saham (investor) akan mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan (dividen) serta memiliki peluang mendapatkan keuntungan dari naiknya harga saham (capital gain).
Investor akan mendapatkan capital gain jika harga saham mengalami peningkatan dan menjualnya di harga yang lebih tinggi dari harga pembelian, selisihnya adalah keuntungan (gain). Dividen didapat jika perusahaan meraih keuntungan dan memutuskan membagikannya. Investor sebagai pemegang saham berhak menerima bagian.
Sementara risiko dari kepemilikan saham yaitu capital loss, jika harga saham turun di bawah harga pembelian, dan investor berpotensi rugi jika menjualnya. Ada juga risiko tidak mendapatkan dividen, jika perusahaan tidak membukukan laba atau memilih menahan laba untuk ekspansi, maka investor tidak mendapat dividen.
Jika seorang investor membeli saham PT ABC Tbk seharga Rp1.000 per lembar, setahun kemudian harganya naik menjadi Rp1.500 dan ia menjualnya, maka ia mendapat potential gain sebesar Rp500 per lembar. Namun, jika harga turun menjadi Rp800, dan investor ini tetap menjualnya, berarti ia memiliki potential loss sebesar Rp200 per lembar. Investasi saham cocok untuk investor yang berani mengambil risiko dan bersedia meluangkan waktunya untuk melakukan analisis.
Instrumen kedua adalah reksa dana yang merupakan investasi kolektif yang praktis. Reksa dana adalah instrumen investasi kolektif, sehingga dana dari banyak investor dikumpulkan lalu dikelola oleh manajer investasi berlisensi yang diawasi OJK. Dana dari investor ini kemudian dialokasikan ke berbagai instrumen seperti saham, obligasi, dan pasar uang, sesuai dengan jenis reksa dananya.
Instrumen ini adalah pilihan populer bagi pemula atau mereka yang tidak punya waktu dan keahlian untuk menganalisis pasar. Ada empat jenis reksa dana. Reksadana Pasar Uang yang berinvestasi di instrumen jangka pendek seperti deposito dan surat utang jangka pendek. Reksa dana Pendapatan Tetap dengan mayoritas dana ditempatkan pada obligasi atau surat utang. Reksa Dana Campuran berisi kombinasi antara saham, obligasi, dan pasar uang. Sedangkan Reksa Dana Saham sebagian besar dana diinvestasikan ke saham.
Keuntungan reksa dana dikelola secara profesional, Investor tidak perlu pusing menganalisis pasar setiap hari. Dengan jumlah dana akumulatif yang terkumpul, portofolio menjadi terdiversifikasi dan risiko tersebar karena dana ditempatkan di berbagai aset. Modal terjangkau, karena bisa dimulai dari Rp10.000 saja melalui platform online yang resmi.
Adapun risiko reksa dana adalah nilai investasi yang bisa turun karena fluktuasi pasar. Selain itu, kinerja manajer investasi yang berpengaruh terhadap hasil investasi. Reksa dana cocok untuk investor pemula atau yang memiliki keterbatasan waktu namun ingin berinvestasi dengan cara yang mudah dan efisien.
Instrumen ketiga adalah obligasi yang dikenal dengan investasi Pendapatan Tetap. Obligasi adalah surat utang. Ketika kamu membeli obligasi, kamu sebenarnya meminjamkan uang kepada penerbit obligasi (pemerintah atau perusahaan) dan sebagai imbalannya, kamu akan menerima bunga tetap (kupon) secara berkala dan dana pokok saat jatuh tempo.
Obligasi dianggap sebagai investasi yang lebih stabil dibanding saham. Ada dua jenis obligasi. Obligasi Pemerintah, contohnya Obligasi Ritel Indonesia (ORI), Saving Bond Ritel (SBR). Ada pula Obligasi Korporasi yang diterbitkan oleh perusahaan swasta atau BUMN.
Keuntungan obligasi berasal dari pendapatan rutin berupa kupon tetap yang dibayarkan secara berkala, biasanya 3 atau 6 bulan. Kupon ini seperti bunga kalau di bank atau bagi hasil secara prinsip syariah. Investasi di instrumen obligasi relatif stabil karena harga lebih stabil dibanding saham, cocok untuk investor konservatif. Tersedia juga jenis obligasi yang memiliki struktur dan dikelola secara syariah yang dikenal dengan nama sukuk.
Risiko investasi obligasi adalah risiko gagal bayar, jika penerbit obligasi tidak bisa memenuhi kewajiban. Lalu risiko pasar, jika investor menjual sebelum jatuh tempo, harganya bisa naik atau turun tergantung kondisi pasar. Contoh, seorang investor membeli obligasi pemerintah senilai Rp1 juta dengan kupon 6% per tahun. Artinya, investor tersebut akan menerima Rp60.000 per tahun, dibagi sesuai periode pembayaran (misalnya Rp30.000 tiap 6 bulan). Obligasi cocok untuk investor yang ingin pendapatan stabil dan risiko rendah, seperti pensiunan atau yang ingin menabung jangka menengah-panjang.
Agar bisa berinvestasi di ketiga instrumen pasar modal ini, calon investor bisa membuka rekening saham di perusahaan sekuritas atau rekening untuk pembelian reksa dana melalui agen penjual reksa dana yang terdaftar di OJK. Lalu, kenali profil risiko masing-masing sebelum memilih produk, apakah kita konservatif yang cenderung memilih risiko rendah, moderat yang mampu menerima risiko menengah, atau agresif?
Lalu, tentukan tujuan finansial. Tujuan ini akan menentukan pilihan instrumen dan strategi. Mulai dari kecil. Misalnya, coba investasi Rp100.000 dulu secara berkala sambil belajar dan membiasakan diri. Kemudian evaluasi dan belajar rutin. Semakin kita paham, makin baik keputusan investasi.
Selalu pastikan bahwa tiap investor berinvestasi hanya melalui perusahaan atau platform yang terdaftar dan diawasi OJK. Jangan tergiur janji keuntungan besar yang tidak masuk akal. Pasar modal yang legal dan resmi bisa memberikan perlindungan hukum, transparansi informasi, dan keamanan dana.
Ingat, investasi di pasar modal bukanlah sesuatu yang menakutkan atau hanya untuk kalangan tertentu. Dengan bekal edukasi yang cukup, siapa saja bisa menjadi investor. Apakah dia seorang pelajar, pekerja kantoran, ibu rumah tangga, atau pensiunan, pasar modal memiliki instrumen yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi keuangan masing-masing. Pahami risikonya, dan pilih yang paling sesuai untuk kita. Ingat, investasi bukan soal instan jadi kaya, tapi tentang proses tumbuh yang konsisten dan cerdas. *** TIM BEI